25/09/2025

Perdebatan tentang Tuhan (Monolog)

(Seorang tokoh berdiri di tengah panggung, lampu redup. Ia berjalan pelan, seolah berbicara pada dirinya sendiri. Kadang suara lirih, kadang meninggi penuh emosi.) Tokoh: Tuhan... (diam sejenak, menatap ke atas) Entah mengapa, semakin aku mencari-Mu, semakin jauh Kau bersembunyi. Orang bilang, Kau ada di langit. Tapi ketika aku menengadah, yang kulihat hanya bintang mati dan bulan yang dingin. Orang bilang, Kau ada di hatiku. Tapi ketika kuintip ke dalam dada, yang kutemukan hanya keraguan... dan luka. (berjalan gelisah) Aku lelah berdebat dengan diriku sendiri. Yang satu berkata: "Tuhan itu nyata! Lihatlah alam, lihatlah keajaiban hidup." Tapi sisi lain membalas: "Kalau nyata, mengapa begitu banyak tangis? Mengapa doa yang kusampaikan jatuh bagai batu ke dasar sumur?" (berhenti, menatap kursi kosong seolah ada lawan bicara) Tuhan... Apakah Kau butuh aku untuk percaya, atau justru akulah yang butuh percaya kepada-Mu? Kadang aku iri pada mereka yang yakin, yang bisa menutup mata dengan tenang saat sujud. Aku? Aku terjebak di tengah. Antara rindu untuk dekat, dan amarah karena Kau tak kunjung menjawab. (suara mulai meninggi) Hei, Tuhan! Jika Kau benar-benar ada, bisakah Kau sedikit saja... sedikit saja... menampakkan diri? Aku tidak butuh surga, tidak butuh mukjizat. Hanya satu tanda... sekecil debu... agar aku tahu Kau mendengarku. (lalu suara melemah, hampir berbisik) Tapi mungkin... justru dalam diam-Mu itulah jawabannya. Bahwa Kau ingin aku terus mencari, terus bertanya, terus gelisah... Sebab gelisah adalah doa yang paling jujur, bukan? (tersenyum getir, menutup mata) Maka biarlah perdebatan ini tak pernah usai. Karena mungkin... di situlah aku menemukan-Mu. Dalam rindu yang tak pernah selesai. (Lampu meredup, tokoh menunduk, tirai perlahan menutup.) ----Karya : em shalahudin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Perdebatan tentang Tuhan (Monolog)